Rumah tradisional Honai di Wamena Papua

Honai adalah rumah adat masyarakat pegunungan tengah Papua.
Bentuk dan ukuran dari setiap rumah Honai itu terlihat sama. Dari permukaan tanah, tinggi rumah Honai mencapai lebih kurang 2 setengah meter.  Bentuk rumah yang dibuat melingkar dan hanya memiliki satu pintu menjadi ciri khas tersendiri dari Honai.  Bangunan rumah ini terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari ilalang yang dirangkai sedemikian rupa hingga tampak bertingkat.

       
Bentuk Honai yang bulat ini, dirancang untuk menghindari cuaca dingin karena tiupan angin yang kencang. Pada bagian tengah Honai dibuat perapian untuk menghangatkan tubuh di malam hari, sekaligus sebagai tempat untuk memasak/membakar ubi jalar, dalam bahasa Dani disebut "Hipere".

Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).       

Di dalam rumah Honai ataupun Ebei, tidak terlihat satupun perabotan rumah tangga.  Honai memang menjadi tempat tinggal bagi masyarakat di perkampungan Wamena. Namun untuk tempat tidur, mereka hanya menggunakan rerumputan kering sebagai alas. Alas itu akan diganti dengan rerumputan baru yang diambil dari ladang ataupun kebun, jika telah terlihat kotor.  Di dalam Honai juga tidak ada kursi ataupun meja, mereka menjadikan lantai rumah yang terbuah dari dari tanah sebagai alas duduk.

Di dalam rumah Honai juga tidak ada lampu listrik. Untuk penerangan, mereka membuat perapian dengan cara menggali tanah di dasar lantai rumah untuk dijadikan tungku.  Karena Honai tidak memiliki jendela dan penerangan hanya berasal dari api tungku, suasana di dalam rumah itu akan terasa semakin gelap ketika malam tiba.
      
Jika dibandingkan dengan bentuk rumah adat di daerah lainnya, rumah Hanoi terlihat sangat sederhana.  Namun kesederhanaan itulah yang menjadikan Hanoi terkesan unik.
 

Semoga jenis jenis rumah adat tradisional yang ada di indonesia bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk menerapkannya dalam kehidupan arsitektur modern.

Komentar

  1. nice artikel gan...
    lamz knl...

    Pertamaaaaaaaaaaxxxxxxxxx.......

    BalasHapus
  2. Selamat malam, lama tak berkunjung apa kabar ki ?
    Menarik dan unik sekali yah rumah honai, sepertinya kalo masuk rumah harus membungkukkan badan, jadi pengen nyobain masuk kedalamnya..

    BalasHapus
  3. Halo teman,
    Senang sekali berkunjung kembali ke blog anda yang menarik ini, termasuk informasi rumah Honai di Papua.

    multibrand.blogspot.com

    BalasHapus
  4. keren sekali toh rumah adat nya kaya jamur aja hehe,,
    makasih atas informasinya

    BalasHapus
  5. wih... gx kedinginan tu kalo tdr?? apalagi kalo dah ujan...

    BalasHapus
  6. Anonim9/04/2015

    Nice artikelnya gan,,Rumah adat ini lebih hangat dgn rumah modern jika di wamena anda perlu selimut yg tebal namun rumah adat Waamena alamia tanpa selimut namun selalu hangat.
    Silakan kunjungi Cara Hidup Dalam Rumah Adat Dan Bercocok Tanam Orang Wamena Dahulu. >>http://wandikbobaelbengsath.blogspot.co.id/2015/09/cara-hidup-dalam-rumah-adat-dan.html

    BalasHapus
  7. Balasan
    1. terima kasih dah berbagi
      semoga bermanfaat....!

      Hapus

Posting Komentar

Note :
. Komentar yang mengandung usur pornografi / sara / kekerasan akan dihapus.
. Terima kasih komentarnya...
. Semoga Bermanfaat...

Postingan populer dari blog ini

Menentukan ukuran Tangga dan Anak Tangga untuk bangunan bertingkat

Menghitung Volume Besi per-m3 beton bertulang

Memahami Mutu Beton fc (Mpa) dan Mutu Beton K (kg/cm2)

Bagian bagian Atap Rangka Kayu untuk Rumah Tinggal Sederhana

Berita terbaru